Malu Bertanya Susah Di Jalan
Dengan langkah tergesa-gesa Diva berlari-lari ke arah ruang kelas 9-F. Setelah ia sampai, ia merasa lega karena KBM belum dimulai. Lalu ia segera duduk di kursinya. Hari ini ia berangkat terlambat gara-gara bangun kesiangan. Diva teringat semalam kalau ia belum mengerjakan tugas IPA yang diberikan Bu Ifa minggu lalu, ia langsung mencari jawaban ke temannya. Ia meminjam buku punya Reni, awalnya Reni tidak mau tapi Diva tetap memaksa. Reni merasa kesal karena ia sudah susah payah mengerjakan tugas, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, ia sudah tahu sifat Diva yang suka menyontek.
Saat Ulangan Tengah Semester 1, saat ulangan IPA semua murid tidak bisa berkutik. Sedangkan Diva dengan segala cara untuk mencari jawaban, tetapi ia selalu ketahuan. Diva tidak bisa berbuat apa-apa, ia belum siap menghadapi ulangan terutama pelajaran IPA. Seminggu kemudian… Saat pelajaran IPA, Bu Ifa membagikan selembaran kertas yang berisi nilai UTS. Bu Ifa mulai memanggil satu per satu, saat nama Diva dipanggil lalu ia maju. Setelah sampai di meja Bu Ifa, Bu Ifa tidak langsung menyerahkan nilai ulangan Diva.
“Diva, Ibu mau tanya kenapa nilai ulangan kamu sangat buruk, yang lain bagus-bagus kenapa kamu dapat nilai 30?” tanya Bu Ifa heran. Diva hanya tertunduk.
“Maafkan saya Bu, waktu itu saya gak enak badan,” elak Diva berbohong.
“Tapi menurut informasi yang saya dapat dari Bu Virda, waktu itu ia jadi pengawas di ruang kamu, ia mengatakan saat kamu mengerjakan, kamu selalu menengok ke arah Reni terus atau teman yang lain. Apakah itu benar Diva?” kata Bu Ifa dengan nada curiga. Diva hanya terdiam, jadi selama ini Bu Virda mengetahui kalau aku mau cari jawaban, aduh, gimana nih. Batin Diva cemas. Lalu ia mulai memberanikan diri untuk berkata jujur.
“Maafkan saya Bu, sebenarnya selama ini saya tidak bisa mengikuti pelajaran IPA dengan baik, saya masih belum paham Bu,” Ia mulai berpikir. Apa karena semua ini kesalahan saya dalam mengajar atau.. si Divanya sendiri yang belum mengerti tapi kenapa ia gak pernah bilang kalau ia belum paham atau sekedar bertanya batin Bu Ifa mengatakan, “Lalu kenapa selama ini kamu baru mengatakan, ingat Diva ujian nasional tinggal sebentar lagi.” Kata Bu Ifa menasihati.
“Saya malu Bu..” jawab Diva singkat.
“Kenapa harus malu?” tanya Bu Ifa. Tak ada jawaban.
“Ibu heran bagaimana caranya kamu bisa mengerjakan tugas-tugas yang sering Ibu berikan?” tanya Bu Ifa mencurigai.
“sekali lagi saya minta maaf Ibu, selama ini saya tidak jujur sama Ibu, sebenarnya tugas yang selama ini Ibu berikan saya tidak pernah mengerjakannya, karena saya belum mengerti materi.”
“Terus kamu nyontek di mana?” tanya Bu Ifa kembali.
“Teman.” ucap Diva
Bu Ifa tak habis pikir jadi selama ini ia mengajar tapi ada yang murid yang belum paham. Sebenarnya ia merasa kesal atas sikap Diva yang gak jujur tapi ia menghargai atas sikapnya sekarang ia bisa bicara jujur. Kemudian Bu Ifa menyuruh Diva agar meminta maaf atas semua perilakunya selama ini. Akhirnya teman-teman Diva mau juga memaafkan sikap Diva yang keterlaluan.. “Ya udah Ibu minta maaf yah kalau cara mengajar Ibu tidak sesuai dengan apa yang kamu harapin. Kamu harus rajin belajar, sebentar lagi mau UN,” kata Pak Rio. Diva hanya mengangguk. Dengan hati gembira, Diva kembali ke tempat duduknya. Hatinya merasa tenang. Sekarang ia tahu kalau kita malu bertanya kita tidak tahu apa yang akan kita lakukan.
Cerpen Karangan: Ni’ Matur Rizqi
Facebook: Ninik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar